Senin, 30 Juni 2014

sedekat nadi

Aku selalu berpikir bagaimana mereka bisa mencintai orang yang tidak mencintainya. Tanpa sadar mereka sebenarnya merasakan kesepian. Hanya saja mereka mampu mengatur segalanya dengan rasa kepedulian mereka terhadap dirinya.
Aku mengerti bagaimana rasanya menaruh harapan tanpa tau kapan angan dan impian terwujud. Itu sungguh menyakitkan. Aku pernah mencintai tanpa dicintai, apalagi aku harus bertemunya disetiap hari. Itu teramat sangat sulit. Tapi aku tak pernah menaruh harap karena saat itu aku tau, cinta tak akan hadir tanpa kebiasaan.
Kini aku merasakan sepi yang teramat menyakitkan sekujur tubuhku, bukan karna tak mempunyai teman. Aku sepi karna aku terbiasa bersamanya, melakukan segala sesuatu bersamanya. Aku dan dia pernah sedekat nadi, seperti jemariku yang bersentuhan dengan jemarinya, ataupun tanganku yang merangkul lengannya. Itu sulit untuk dirasakan lagi bagaimana getaran itu ada dan hilang begitu saja.
Awalnya aku hanya mengira itu hanya spektrum magnetik antara insan Tuhan yang menyatu sesaat. Tapi lambat laun hal itu pun menjadi sebuah kebiasaan dimana jantung ini bergetar saat melihat tawanya dan terasa sesak ketika melihatnya tersenyum dengan yang lain.
Tuhan, apakah aku harus memiliki jarak seperti bumi dan matahari? Tapi hati ini tak pernah tenang Tuhan ketika akumengingat aku pernah sedekat nadi denganya.
Ini ternyata yang mereka rasakan ketika mencintai tanpa harus orang lain mengetahuinya. Ya, ini sangat jauh lebih menyakitkan. Tak ada seorangpun yang mengerti betapa besarnya rasa sepi ini sehari tanpa dirinya.
Tuhan jaga dia dalam denyut nadiku, biarkan dia mengalir menjelma sebagai darah yang tanpanya aku tak bisa hidup. Biarkan rasa butuh ini melekat dalam urat nadiku, agar aku tak pernah merasa takut kehilangannya. Meski dia tak pernah tau. Biar bergantinya musim dapat menegarkanku untuk tetap pada pendirianku. Jangan jadikan dia pelampiasan karna lukaku Tuhan, tapi jadikan dia penawar rasa sakit masa laluku, dengan seluruh waktunya.
Terima kasih Tuhan, kau hadirkan dia dihariku.
Regards, nuraini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar