Jumat, 29 Januari 2016

Menjaga hati

Bukan aku tak ingin membuka hati
Hanya saja aku membataskan diri
Aku terlalu takut jatuh cinta
Atau aku terlalu takut tersakiti
Biarlah ini semua berjalan
Waktu tau saat yang tepat
Tapi aku tak pernah tau kapan waktu menjawab
Aku hanya terlalu berusaha
Untuk tidak membuka hati
Untuk tidak menjajahkan hati
Untuk tidak bermain dengan api
Aku terlalu kesepian
Hingga aku kadang lupa dengan siapa aku bersama
Maaf, bukan maksud hati tak memperdulikanmu
Aku hanya terlalu takut berlari mengejar cintamu
Sebelum kau menahan diriku untuk tetap bersamamu
Atau sebelum kau berkata diamlah aku hanya ingin melihat senyummu
Aku menjaga hati ini
Apakah kau bersedia menjaganya juga jika aku biarkan hati ini terbuka?
Semua butuh pertanggung jawaban
Waktu yang menyatukan kita, takdir yang mempertemukan kita
Semua ada hikmahnya
Aku ada karna kau
Aku hadir karna kebutuhanmu
Tapi apakah pernah kau berpikir
Aku ada untuk menjaga hatimu?

Sabtu, 09 Januari 2016

Dear okta

Tak cukupkah aku berteriak aku merindumu?
Tak cukupkah aku berteriak aku mencintaimu?
Dan tak cukupkah aku berteriak aku menyayangimu?
Apa kau tak sadar itu?
Ribuan jarak ku tempuh hanya untuk menemuimu
Jutaan bintang ku abaikan demi sinar dihatimu
Haruskah aku berlari mendahuluimu?
Atau aku harus berhenti dibelakangmu?
Jawablah sayang, aku tak mampu lagi berkata
Suaraku hilang karna selalu berteriak
Bukan lagi dalam hati, tapi ku ungkap di muka bumi
Lelah aku berlari, bisakah kau mengerti hadirku?
Aku yang setiap hari menyebut namamu dalam doa
Aku yang setiap saat merayumu dalam tulisan
Aku yang setiap detik tersenyum dalam hayalan
Bisakah kau mengerti malam ini saja
Mengerti aku yang lelah karna sapamu yang angkuh
Aroma tubuhmu yang menyesakkan dadaku
Mata indahmu yang terkadang memandangku
Sungguh aku berharap kau mengerti aku
Hariku sepi tanpamu
Pagiku tak elok lagi
Siangku terik
Senjaku kelabu
Malamku membiru
Apakah tak bisa mengartikan apa yang aku perbuat untukmu?
Apakah begitu sulit semua teka teki ini?
Panggil aku jika kau menyadarinya
Aku akan berbalik ke arahmu meski ombak menerpaku

Waktu

Waktu cepatlah berganti pulihkan aku
Waktu cepatlah berlalu agar rasa ini tak semakin tabu
Waktu izinkan senyum itu memudar agar pudar pula rasaku
Waktu cepatlah kau habis agar aku tak menangis
Waktu janganlah kembali karna dia tak mungkin lagi
Waktu genggam erat aku agar aku tak berlari
Waktu jika memang tak mampu pergi, diamlah kau seperti nadi
Nadi yang tak berdenyut lagi
Setelah aku mencintai
Waktu cepatlah berdetak agar aku bisa mendengar detakan jantungku lagi
Karna setelah waktu berlalu aku tak bisa lagi merasakan detakkan ini
Waktu obati aku atas luka yang ada
Waktu hanyutkan aku atas rasa yang fana
Waktu jamah aku atas kesalahan yang ku abaikan
Waktu hukumlah aku jika memang aku pantas
Waktu simpan dia dalam kenanganmu jangan kenanganku

Selasa, 05 Januari 2016

Before flower

Ku temukan mawar di akhir senja
Berwarna putih menenangkan jiwa
Ku dekati berharap bisa memetiknya
Namun terlalu banyak duri ditangkainya
Semakin ku memperhatikannya
Semakin ku ingin memetiknya
Membawanya pulang dan ku tunjukkan kepada mereka para orang tua
Terlihat indah kelopaknya
Putih bersih tanpa noda
Apakah ada yang merawatnya?
Ataukah ada yang memilikinya?
Namun nengapa ia biarkan duri itu tetap tumbuh?
Aku ingin mencoba menyentuhnya
Namun terlalu takut ia ternodai oleh tanganku yang penuh tanah
Betapa cantiknya mawar putih ini
Bolehkah aku memilikinya?
Sepertinya tidak, mawar ini terlalu sempurna meski duri menyelimuti tangkainya
Senja berganti malam
Aku semakin penasaran dibuatnya
Sesekali ku tengok kearahnya namun ia menyapa begitu lembut bagai kelopaknya
Daunnya penuh kehangatan
Namun lagi lagi duri itu mengganggu
Duri yang tampak menakutkan
Duri yang membuat aku tak mampu menyentuhnya
Ku putuskan untuk pulang dan tertidur
Keesokan senja ku datang lagi lagi dan lagi
Hanya untuk melihat keindahannya
Aku telah memperhatikannya selama ini
Ketika angin meniupnya pelan namun tak rusak
Ketika hujan meneteskan air dan membuatnya semakin berharga
Ketika terik mentari membakarnya namun ia tetap putih bersih
Mustahil, mawar putih ini begitu gagah
Padahal kawannya semakin hari semakin layu
Ah, andai aku dapat memberanikan diri menyentuhnya
Menahlukkan durinya tanpa harus menghilangkannya
Mengusap lembut kelopaknya
Menatapnya lebih dekat
Sayang, aku tak seberani itu
Diamlah baik baik disini
Aku akan mengunjungimu lagi ketika aku mampu membawamu pulang
Aku akan merawatmu lebih baik lagi
Aku akan menyayangimu dengan memberikan air bersih
Agar aku dapat selalu memilikimu
Agar kau tak disakiti oleh mereka yang membenci durimu
Agar kau tak di khianati oleh mereka yang hanya dapat menggugurkan kelopakmu
Tunggu aku, sebentar saja
Aku akan berlari dengan penuh keberanian
Aku cukup berdoa dan melawan rasa dihati
Baik baiklah, jangan kau layu
Aku akan disini selalu meski tak bisa memilikimu