Rabu, 27 Agustus 2014

andai

Hari ini terasa buruk, seolah dunia terlepas dari rotasinya.
Ketika melihatmu rinduku sulit untuk sirna.
Melihat pertemuanmu dengannya, membuat hati ini menjadi puing-puing.
Tersenyum karnanya, tertawa melihatnya, bahkan kau duduk didepannya.
Membuat duniaku hancur, hariku berantakan.
Aku hanya dapat duduk, menundukkan kepala, dan berharap tak seorangpun tau sedih ini.
Berusaha untuk ceria, untuk tetap tersenyum, dan berdiri tanpa tumpuan lenganmu.
Terlalu perih, jika aku tetap melihatmu dengannya.
Aku beranjak pergi, diam, dan mencari tempat lain barangkali disana ada teman yang dapat menegarkan aku.
Senyumku palsu hari ini, jiwaku hilang hari ini, semangatku lumpuh hari ini, dan fokusku berhenti hari ini.
Memalukan jika aku menangisimu.
Munafik jika aku bahagia melihat senyummu meski bukan untukku.
Kau terlihat bahagia memang, tapi aku benci melihatnya.
Melihatmu disakiti lebih perih daripada melihat senyummu untuknya.
Melihatmu diberikan kepalsuan lebih merobek hatiku dari pada melihat candamu dengannya.
Tapi melihatmu dengannya menghancurkan angan dan impianku.
Andai parasku seperti parasnya.
Andai anggunku seperti anggunnya.
Andai hadirku seperti hadirnya.
Dan andai......
Andai cintamu untuk cintaku......
Aku melihat perubahan dan perbedaan didirimu.
Entah, aku merasa kehilangan perhatianmu.
Dan yang aku tangisi aku kehilangan dirimu yang hanya mencintai dirimu sendiri.
Hampa, jika aku mengetahui kau tak lagi disampingku, duduk dan bercerita tentang kecewamu.
Jenuh, jika aku mengetahui kau tak lagi menahan tangan ini untuk tetap melihat kearahmu.
Kau begitu indah, kau begitu nyata, dan kau begitu dekat. Namun mengapa? Mengapa kau tak pernah merasakan ini? Haruskah aku berhenti meski aku tak bisa? Haruskah aku berlari meski mataku berair? Haruskah aku mengalah meski aku memiliki cinta yang lebih?
Tuhan, mengapa rasa ini begitu dalam? Hilangkan rasa ini Tuhan, biarkan aku mencintai diriku sendiri seperti dulu. Jangan pernah buat aku selalu jatuh didalam dirinya tanpa ia selami. Jangan pernah biarkan aku mendoakannya tanpa ada kepastian Tuhan.
Aku harap ini hari terakhirku untuk dapat merasakan sedih didalam luka cintaku untukmu. Hari terburuk ketika aku memutuskan untuk berlari tanpa menoleh ke arah mu lagi.

Sabtu, 09 Agustus 2014

terbaik bukan sempurna

Aku mencintainya bukan karna kata 'dia sempurna'
Tapi karna 'dia terbaik'
Dia jauh dari kata sempurna, karna cintanya tak pernah sempurna, karna cintanya tak pernah sama, karna cintanya tertutup, dan karna cintanya untuk dirinya sendiri.
Andai dia melihat cinta ini untuknya, yang tulus, yang ikhlas, yang mampu bertahan ketika mereka memanggilnya cinta, yang mampu menemani kesepian hatinya, dan yang mampu berada disisinya ketika dia merasa dikecewakan.
Aku tak pernah ingin mengungkapkan, karna yang aku tau menyimpannya di dalam hati ini adalah sebuah kedamaian.
Aku tak ingin dia tau, aku tak ingin hancurkan kebahagiaannya untuk tetap berteman denganku, aku tak ingin melihat wajah dinginnya lagi, aku tak ingin melihat kekecewaan menyelimutinya lagi.
Kami tak pernah memiliki cinta yang sama, karna terkadang ada cinta yang tak perlu dimiliki.
Ini bukan puisi tentang cinta, tapi ini rangkaian kata tentang dia yang terbaik yang pernah ada.
Yang pernah ada disaat hati kecil ku berkata 'sudah cukup kau jatuh cinta, karna ketulusan cinta takkan ada'.
Yang pernah ada di saat lelahku merajalela.
Yang pernah ada untuk merangkul dan bercerita.
Yang pernah ada menemani kesepian ini.
Yang pernah ada saat dunia menjauh dan tak tersentuh lagi.
Yang pernah ada saat mereka menyerangku dengan perkataan kasar.
Yang pernah ada menggenggam tangan ini saat aku asyik dengan duniaku.
Aku tak ingin dia tau bahwa aku kehilangan, kehilangan dicari olehnya, kehilangan ditemani olehnya.
Tuhan, jika memang rasa ini salah jangan biarkan aku terbelenggu dalam ketidakpastian cinta, jangan biarkan aku terlalu menggenggam erat kebiasaannya, dan jangan biarkan aku menaruh namanya didalam doaku.
Tuhan, jika memang rasa ini tak salah jangan biarkan rasa ini tak terbalas olehnya, jangan pernah jauhkan kami, dan jangan biarkan hanya aku yang mendoakannya.
Tuhan, aku akan sabar untuk menantinya, aku akan ikhlas mencintainya. Biarkan dia mengetahui rasa ini dengan sendirinya, dari diri ini Tuhan. Biarkan dia memikirkan rasa ini Tuhan.
Tuhan, jaga senyumnya, jaga dirinya, jaga hatinya, dan aku mohon jaga dia dalam kebahagiaannya.
Aku hanya gadis kecil dimatanya, gadis yang terlihat kesepian, gadis yang mampu bangkit saat dijatuhkan, jadikan aku gadis yang memiliki ketulusan ditatapannya, dan jadikan aku kebahagiaannya.

cinta yang tau


Entah ini tulisan keberapa yang ku tuliskan disini. Sampai detik ini cerita tentangmu tak pernah berakhir. Bahkan aku lupa sudah berapa tahun aku menunggu. Andai kau bertanya ''menunggu siapa?'' aku akan menjawab menunggumu, tapi sayang kau tak pernah lontarkan pertanyaan itu. Bagai seekor katak yang menunggu hujan datang di awal musim kemarau itulah aku. Yang berharap akan ada air ditengah gurun pasir dan menunggu mentari di kutub utara, inilah rasaku.
Terlihat palsu ketika aku berkata ''aku baik-baik saja dengan rasaku'', tapi aku tak ingin terlihat lemah dihadapanmu jika aku berkata ''aku sedih karna kau tak mencukupi rasaku''.
Detak jantungku selalu berdegup layaknya pacuan kuda, ketika aku mendengar namamu. Nafasku sesak ketika mendengar cerita tentangmu. Bagaimana bisa kau hidup sepertiku yang selalu dihantui bayangmu meski kau tak lagi terlihat dimataku tapi pikirku tak pernah berhenti bersajak tentangmu. Bagaimana bisa kau rasakan sedikit rasaku jika ada gadis lain yang selalu ada ditiap bait puisi hatimu.
Aku bukan kertas putih yang selalu dapat kau tuliskan rasamu kepadanya. Aku bukan pena yang dapat menyatakan rasamu kepadanya. Tapi aku penghapus yang berusaha menghapusmu dari ingatanku.
Ku pikir dengan berlari ditengah kesepian tak dapat membuat aku terlihat lemah tapi nyatanya aku terjatuh. Aku berusaha menghapus segalanya tentangmu tapi senyummu, saat kita bersama itu selalu menghantuiku. Tak terlihat lebih baik ketika aku tak bersamamu lagi, sebenarnya.
Tapi aku yakin, dengan keyakinanku aku akan berhenti sampai Tuhan menuntunku masuk kedalam hati yang lebih layak daripada hatimu.
Terasa aneh ketika kita bercerita lagi, bertemu lagi, dan bercanda lagi. Entah mengapa aku selalu terdiam meliat senyummu, sehingga aku bisa lebih ikhlas menerima kali ini ceritamu bukan tentang kita lagi tapi tentang dia.
Seorang nahkoda tak pernah tau kendala apa yang akan terjadi pada perahunya ketika tersesat ditengah laut mati, seorang petani tak pernah tau apa yang akan terjadi dengan hasil panennya, begitu pula aku yang tak pernah tau kapan aku bisa menggantikan dirimu dihatiku.
Hariku hampa tanpa kabar, canda, dan senyummu. Seisi dunia musnah ketika kau tak mampu lagi ku sentuh. Semua lagu yang pernah kau nyanyikan ku putar, itu salah satu caraku mengingat suaramu. Aku benci rasa dingin dihatiku, aku tak pernah mengerti mengapa selama ini aku mampu berdiri menunggumu, tanpa tau perasaanmu. Aku tak ingin menjadi besi tua yang berkarat karna selalu mengagumimu disatu pihak saja.
Tapi sudahlah tak apa, terserahmu. Itu hidupmu, bukan hidupku. Aku tak berhak atas hidupmu, dan biarkan aku dengan hidupku yang tanpamu. Kau bebas lakukan apapun semaumu. Teruskanlah.
Aku tau waktu tak akan menjawab semua, karna waktu hanya menunggu kita untuk melihat setiap detiknya, tapi butuh usaha dan kesabaran untuk menjawab akan ada apa disetiap kehidupan kita. Karna aku mengerti kapan dan kemana cinta akan kembali pulang. Sudah layaknya cinta seperti ini bukan?


Ditulis berdasarkan perasaan yang nyata dari dua orang teman yang tetap menunggu dan berada ditengah sepi, teruntuk teman sepengertian. MS.
-by: Rain-